Urgensi pendidikan Pancasila di era revolusi industri 4.0
Pelaksanaan. Di era industri 4.0, hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan Pancasila di Indonesia. Jika dirunut sejarah, upaya penanaman atau pewarisan nilai-nilai Pancasila telah dilakukan sejak awal kemerdekaan hingga saat ini. Namun nilai-nilai Pancasila sejak Indonesia merdeka hingga saat ini dapat menjadi acuan nilai-nilai inti ideologi bangsa.
Hadirnya Revolusi Industri 4.0 di Indonesia memberikan dampak yang besar terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Seperti merosotnya karakter bangsa yang disebabkan oleh melemahnya moral ideologi bangsa. Permasalahan yang muncul di era digital dan saat ini membuktikan hal tersebut. Yang sering terjadi saat ini adalah kemenagkabbekasi.com penyalahgunaan media sosial untuk tujuan yang tidak adil atau merugikan orang lain, yang bertentangan dengan prinsip keadilan sosial. Pada saat itu
Dalam Industri 4.0, teknologi dan media sosial memegang peranan penting, menjaga etika dan bertindak sesuai nilai-nilai Pancasila menjadi semakin penting untuk memastikan teknologi digunakan secara positif dan konstruktif.
Dari permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan Pancasila mempunyai peranan penting dalam ideologi bangsa. Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, Pancasila memberikan landasan moral dan etika. Nilai-nilai Pancasila dapat menjadi pedoman masyarakat dalam penggunaan teknologi secara bertanggung jawab dan bijaksana. Tentu saja Pancasila juga turut andil dalam pelestarian dan pelestarian identitas budaya bangsa dalam konteks globalisasi dan semakin kuatnya pengaruh budaya asing.
Dengan mengedepankan nilai-nilai Pancasila dalam pemanfaatan teknologi dan informasi, perusahaan dapat menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan revolusi industri 4.0 secara lebih terukur dan seimbang.
Namun, meski program ini memberikan bantuan yang signifikan, pada kenyataannya banyak biaya yang harus ditanggung oleh siswa dan orang tua. Misalnya, biaya seragam, buku pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan biaya lain yang berkaitan dengan kegiatan sekolah seringkali ditanggung oleh orang tua. Menurut studi yang dilakukan Lembaga Penelitian SMERU pada tahun 2021, rata-rata keluarga di Indonesia juga harus mengeluarkan biaya pendidikan sebesar Rp 1,5 juta per tahun untuk kebutuhan selain yang ditanggung oleh pemerintah.
BOS, khususnya di sekolah negeri. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan gratis secara teknis dicapai melalui program BOS, namun kenyataannya masih banyak biaya tersembunyi yang harus ditanggung oleh orang tua siswa. Selain itu, kualitas pendidikan di banyak sekolah juga dipertanyakan karena dana BOS seringkali dianggap tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan operasional sekolah. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan beberapa program untuk mendukung pendidikan gratis, termasuk Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program BOS yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 bertujuan untuk membantu penggantian biaya operasional sekolah di tingkat dasar dan menengah sehingga sekolah tidak perlu memungut biaya dari orang tua siswa.